Congkak merupakan jenis permainan tradisional Melayu. Permainan ini telah ada sejak zaman Kesultanan Melayu. Permainan congkak diyakini berasal dari Afrika atau Arab, tergantung pada teori mana yang Anda percayai. Namun, bukti tertua yang ditemukan oleh eksplorasi kuno yang didanai oleh Asosiasi National Geographic menemukan kepingan batu kapur yang memiliki dua liang paralel kencan semenjak 5000 sampai 7000 SM di masa kini Yordania.
Dalam permainan tradisional melayu ini, alat yang digunakan adalah papan congkak dan buah congkak. Kadang-kadang sebagai ganti papan congkak, lubang-lubangnya dibuat di atas tanah. Sementara biji-biji congkak ialah guli-guli kaca, buah karet, biji saga, batu-batu kecil dan sebagainya. Setiap papan congkak hanya dapat dimainkan oleh dua orang saja. Papan congkak berisi 14 lubang yang disebut “desa”. Ada dua lubang besar di setiap ujung papan congkak. Lubang ini disebut “rumah”. Panjang papan congkak tujuh lubang biasanya sekitar 80 cm dan lebanya 18 cm. Papan congkak biasanya dibuat dari kayu hutan seperti merbau, keruing, balau dan sebagainya. Ada juga papan congkak yang dibuat dari kayu rambutan, nangka dan sebagainya, sesuai kemampuan si tukang pembuat congkak.
Cara memainkan permainan ini adalah dua orang pemain duduk berhadapan menghadap papan congkak dan kedua pemain akan mulai dengan serentak. Mereka akan memasukkan buah satu per satu di dalam lubang kampung dengan gerakan dari kanan ke kiri sampai ke rumah dan kampung lawan. Gerakan diteruskan sampai buah yang terakhir pada tangan dimasukkan dalam desa kosong di daerah sendiri atau lawan dan pemain harus berhenti, jika buah itu jatuh atau mati di kampung sendiri. Pemain itu bisa menembak desa lawan yang setentang dengan kampungnya yaitu meraup semua buah (jika ada) di dalam desa tersebut. Lawan mengambil giliran melanjutkan permainan sampai buahnya mati. Jika buah terakhir jatuh di dalam rumah sendiri, pemain dapat melanjutkan permainan dengan mengambil buah yang masih banyak di mana-mana kampung sendiri. Jika buah terakhir jatuh di desa kosong lawan, maka permainan itu mati di situ saja dan lawan bisa memulai permainan berikutnya sampai mati. Setelah tamat putaran pertama, setiap pemain mengisi ulang desa dengan buah congkak dan jika ada desa yang tidak cukup buah, ia dianggap terbakar. Kampung ini tidak dapat diisi saat bermain pada putaran kedua, ketiga dan seterusnya sampai lawan mengaku kalah.