Sapi Friesian Holstein merupakan jenis sapi perah dengan kemampuan produksi susu tertinggi dengan kadar lemak lebih rendah dibandingkan bangsa sapi perah lainya.
Berikut ini adalah cirri-ciri sapi perah Friesian Holstein :
- Bulunya berwarna hitam dengan bercak putih.
- Bulu ujung ekor berwarna putih.
- Bulu bagian bawah dari carpus (bagian kaki) berwarna putih atau hitam dari atas turun ke bawah.
- Mempunyai ambing yang kuat dan besar.
- Tenang, jinak sehingga mudah dikuasai.
- Berat sapi jantan1.000 kg dan sapi betina 650 kg.
- Lambat menjadi dewasa.
- Sapi tidak tahan panas, namun mudah untuk beradaptasi.
- Pada dahinya terdapat warna putih berbentuk segitiga.
- Kepala panjang dan sempit dengan tanduk pendek dan menjurus ke depan.
- Pada jenis Brown Holstein, bulunya berwarna coklat atau merah dengan putih.
Ciri-ciri sapi Friesian Holstein (FH) yang baik adalah memiliki tubuh luas ke belakang, sistem dan bentuk perambingan baik, puting simetris, dan efisiensi pakan tinggi yang dialihkan menjadi produksi susu (Blakely dan Bade, 1998).
Sapi Friesian Holstein (FH) betina dewasa memiliki bobot badan berkisar antara 550-750 kg sedangkan untuk Friesian Holstein (FH) jantan berkisar antara 800-1.000 kg, Produksi susu dapat mencapai 15-20 liter per hari per masa laktasi. Diantara jenis sapi perah, Sapi Friesian Holstein (FH) memiliki ukuran tubuh lebih besar dibandingkan dengan sebagian besar jenis sapi perah yang lainnya. Bobot lahir anak mencapai 43 kg (Sudono et al. 2003) dan bisa mencapai bobot lahir 48 kg (Bath et al. 1985). Sapi Dara di kawinkan pertamakali umur 18-21 bulan dan beranak sekitar umur 28-30 bulan.
Produksi susu sapi perah Friesian Holstein di negara asalnya mencapai 6.000-8.000 kg/ekor/laktasi, di Inggris sekitar 35% dari total populasi sapi perah dapat mencapai 8.069 kg/ekor/laktasi. Sapi perah Friesian Holstein masuk ke Indonesia dibawa oleh Hindia Belanda pada tahun 1891-1893 dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas sapi perah lokal. Sapi perah Friesian Holstein murni telah ada di Jawa Barat sejak tahun 1900, tepatnya di daerah Cisarua dan Lembang. Dari kedua daerah inilah sapi perah Friesian Holstein kemudian menyebar ke beberapa daerah di Jawa Barat.
Sayangnya, produksi susu yang dihasilkan oleh sapi perah Friesian Holstein di Indonesia ternyata lebih rendah, berkisar antara 3000-4000 liter per laktasi. Produksi rata-rata sapi perah di Indonesia hanya mencapai 10,7 liter per ekor per hari (3.264 liter per laktasi).
Baca juga artikel ini >>> klik